Di dalam portofolio Tinc, ada juga dua startup yang telah menerapkan artificial intelligence dalam produknya, yakni Chatbiz.id dan T-man. Chatbiz.id sendiri berfokus pada peningkatan layanan bisnis seperti chat panel, chatbot, dan data analytics. Sementara itu, T-man berfokus pada natural language processing dan pemrosesan suara khusus untuk bahasa Indonesia. Produk ini tersedia untuk berbagai macam keperluan, seperti untuk transkrip meeting otomatis, text to speech (dan sebaliknya), smart speaker, dan lain-lain. Jika kita telaah, perkembangan startup dengan produk berbasis AI rupanya cukup meyakinkan. Data dari Tech In Asia menyebut, dalam rentang tahun 2016-2021, ada setidaknya 20 pendanaan ke startup pengolahan big data dan AI di Indonesia. Lebih lanjut, Chatbiz.id juga pernah mendapatkan funding dari Y Combinator pada 2021 lalu sebesar $125K. Seiring berjalannya waktu, startup yang produknya bukan berbasis AI pun pada akhirnya ikut memanfaatkan penerapan teknologi AI ini. Salah satu contohnya, yakni penerapan chatbot sebagai customer service yang telah dipakai oleh Tokopedia, Shopee, Waresix, dan juga sejumlah startup atau perusahaan lain.
Tentunya, sangat penting. Pertama, tren bisnis ke depan akan semakin mengarah ke pemanfaatan teknologi. Alhasil, startup yang enggan melirik kecanggihan teknologi jelas bakal ketinggalan dan bahkan tidak akan relevan lagi. Satu hal yang penting, pemanfaatan AI perlu disesuaikan dengan kebutuhan startup itu sendiri. Misal, startup yang bergerak di bidang e-commerce atau entertainment bisa memanfaatkan AI untuk fitur rekomendasi. Hal ini dapat meningkatkan konversi penjualan, karena pelanggan hanya akan melihat produk sesuai dengan interest mereka.
Dalam hal marketing, khususnya di media sosial, startup founder pun bisa memanfaatkan fitur analisis sentimen untuk mengetahui bagaimana persepsi dan aktivitas audiens ketika berinteraksi dengan konten. Dari sini, startup bisa mengetahui topik seperti apa yang laku dan mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas marketing. Selain itu, penerapan AI juga bisa membuat efektivitas kerja semakin efisien, cepat, dan akurat. Misal, pegawai-pegawai tidak perlu lagi melakukan aktivitas membosankan seperti memasukkan data atau pembukuan keuangan. Sebab, sudah ada banyak software yang mengotomatisasi pekerjaan tersebut dengan potensi error yang kecil.
Manfaat lain dari AI adalah peningkatan customer experience. Contohnya, penerapan artificial intelligence untuk layanan chatbot atau virtual assistant. Berkat layanan ini, startup bisa saja menghemat biaya operasional sekaligus dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Dalam konteks yang lebih advanced, startup founders bahkan bisa memanfaatkan penerapan artificial intelligence untuk menganalisis risiko bisnis di masa depan, sehingga terbantu dalam pengambilan keputusan-keputusan penting .
Mengutip laporan Kearney dan EDBI, Startup Report 2022 Towards More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia, penggunaan AI memiliki potensi menambah US$366 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Sayangnya, hambatan-hambatan dalam pemanfaatan AI pun tak kalah banyak.
Di tingkat global, pada tanggal 7 April 2023 lalu muncul sebuah petisi “Pause Giant AI Experiments: An Open Letter”. Petisi ini sudah ditandatangani 15 ribu orang termasuk para akademisi AI, Elon Musk, hingga Steve Wozniak. Mereka ingin pengembangan AI dihentikan sementara, setidaknya selama 6 bulan ke depan. Salah satu alasannya adalah mereka ingin mendorong regulasi dan etika pengembangan AI yang lebih ketat. Regulasi ini diperlukan, supaya AI tidak merugikan masyarakat seperti pelanggaran privasi, kebocoran data, atau aktivitas kriminal akibat eksistensi AI, seperti voice phising.
Ini jadi persoalan yang cukup dilematis. Dalam penggunaan AI, hasil pengolahan data menggunakan AI bisa saja mengandung bias dan tidak cukup representatif. Ini bisa terjadi karena ketergantungan AI pada data-data yang digunakan untuk melatih dan menguji modelnya. Tanpa data yang berkualitas, AI jelas punya risiko memberikan jawaban yang kurang akurat. Melansir The Conversation, AI juga banyak menghasilkan kesimpulan yang melanggengkan ketidaksetaraan dan bias gender, ras, dan disabilitas. Beberapa kelompok masyarakat juga berpotensi tidak terwakilkan oleh AI karena dataset-nya yang terbatas.
Kita perlu mengakui bahwa talenta digital di Indonesia memang masih kurang. Dari 2015-2030, negara kita kekurangan 9 juta talenta digital. Selain itu, infrastruktur dan ekosistem pengembangan AI juga belum memadai. Menurut Devira Munindra, Head of Operation International Data Corporation (IDC), adopsi AI di Indonesia masih 5 tahun lebih lama ketimbang negara-negara tetangganya. Misalnya seperti Singapura, yang perbincangan dan perkembangan AI-nya sudah lebih maju. Menurutnya, perbincangan soal AI, khususnya di startup Indonesia masih ada pada tahap cloud dan chatbot saja dan belum pada tahap prediktif atau machine learning.
Kendati banyak hambatannya, bukan berarti startup jadi harus mundur dalam memanfaatkan teknologi AI. Namun untuk itu, ada beberapa hal yang perlu startup founder perhatikan sebelum menerapkan teknologi AI di startup:
Pastikan dulu apakah startup-mu perlu menggunakan AI atau tidak. Hal ini supaya penggunaan AI benar-benar tepat sasaran dan efektif. Misalnya, kamu bisa mengidentifikasi dulu masalah yang ingin diselesaikan. Apakah masalah strategi marketing, otomatisasi pekerjaan, atau peningkatan customer experience?
Regulasi menjadi panduan bagi startup agar penggunaan AI tidak merugikan pelanggan, seperti pelanggaran privasi dan kebocoran data. Meskipun belum diatur secara khusus, pengaturan soal AI dapat merujuk ke UU ITE dan PP 71/2019.
Perlu kita pahami bersama, AI harusnya hanya menjadi asisten manusia untuk mengambil suatu keputusan. Meskipun nantinya diterapkan, keputusan-keputusan penting yang memerlukan kreativitas, empati, hingga emotional intelligence tetap berada di tangan manusia.
Tujuannya agar pemanfaatan AI bisa benar-benar maksimal dan menyelesaikan masalah bisnis kita. Hal yang bisa kamu pertimbangkan adalah merekrut tim khusus pengembangan dan penerapan AI di startup agar pekerjaan menjadi lebih efisien dan mempermudah evaluasi. Ke depannya, penerapan artificial intelligence jelas akan terus menghiasi lanskap dunia startup, baik lokal maupun global. Mengantisipasi hal terseb